Selasa, 06 Desember 2016

Praktikum BBL Pekan 6 - Kelompok 5 - Muhammad Noor Yuliansyah (15515075): Pelaksanaan Uji Tekan Beton 28 Hari

Kamis, 17 November 2016
 
Ini merupakan praktikum pekan ke enam sekaligus praktikum terakhir dalam mata kuliah Bahan Bangunan Laut. Pada pertemuan pekan ke enam ini kita akan melakukan kegiatan yang sama seperti pekan ke tiga dan dan ke empat yaitu uji kuat tekan pada beton. Pada uji kali ini digunakan dua buah beton dengan umur 28 hari yang sehari sebelumnya sudah melalui proses curing dan capping.
Alat dan bahan pada praktikum kali ini sama seperti sebelumnya yaitu :
  1. Dua buah beton umur 28 hari
  2. Mesin UTM
  3. Catatan dan dokumentasi
  4. Timbangan
Berikut prosedur kerjanya
  1. Ambil dua buah spesimen beton dengan umur 28 hari yang sudah melalui proses curing dan capping sebelumnya. Letakkan satu buah beton kedalam mesin UTM untuk dilakukan uji tes kuat tekan.
  2. Kemudian apabila beton sudah siap, operator akan menyalakan mesin UTM dan beton akan dikenai beban tekanan.
  3. Selanjutnya sembari menunggu beton hancur, catat dan dokumentasikan beban kuat tekan beton yang diterima.
  4. Kemudian apabila beton sudah selesai di uji, timbang berat beton akhir pasca pengujian.
  5. Ulangi langkah 1-4 untuk spesimen beton kedua dan catat data - datanya


Praktikum pekan ke enam terkait uji kuat tekan beton umu 28 hari selesai

Praktikum BBL Pekan 5 - Kelompok 5 - Muhammad Noor Yuliansyah (15515075): Pelaksanaan Uji Kuat Tarik Baja

Kamis, 10 November 2016
 
Pada pekan kelima kali ini kita akan melakukan sebuah uji tarik pada baja. Pada praktikum ini masing-masing kelompok mendapatkan 1 buah batang baja dan kelompok kami mendapatkan batangan baja dengan jenis ulir.
Pada praktikum kali ini alat dan bahan yang digunakan adalah :
  1. Satu buah baja ulir
  2. Mesin UTM untuk uji tarik baja
  3. Kertas grafik
  4. Alat tulis dan dokumentasi
  5. Timbangan
  6. Jangka sorong dan mistar
Untuk praktikum uji tarik baja ulir ini prosedurnya adalah sebagai berikut :
  1. Catat kondisi awal spesimen yang akan diuji yaitu baja ulir dengan mulai mengukur diameter awal baja, panjang awal baja dan menimbang berat awal baja.
  2. Kemudian apabila kondisi awal baja sudah didapat letakkan baja bada mesin UTM untuk melakukan uji kuat tarik baja.
  3. Bila mesin telah melakukan uji tarik baja jangan lupa ambil grafik yang telah muncul secara otomatis saat uji kuat tarik dilakukan. Grafik ini berfungsi untuk melihat distribusi kuat tarik pada spesimen uji.
  4. Terakhir apabila uji terik telah dilakukan dan grafik telah didapat, ukur kondisi diameter akhir , panjang akhir dan berat akhir dari baja ulir tersebut.
Praktikum pekan kelima telah selasai

Praktikum BBL Pekan 4 - Kelompok 5 - Muhammad Noor Yuliansyah (15515075): Pelaksanaan Uji Tekan Beton 14 Hari

Kamis, 03 November 2016
 
Pada pertemuan kali ini kita akan melakukan praktikum yang sama seperti minggu sebelumnya yaitu uji kuat tekan pada beton. Namun pada praktikum kali ini yang digunakan adalah beton dengan umur 14 hari sebanyak 1 buah. Pada hari sebelumnya yaitu Selasa 1 november 2016, beton diangkat dari bak curing untuk dikeringkan dan keesokan harinya akan dilakukan proses pelapisan atau capping pada beton.

Pada praktikum kali ini alat yang digunakan sama dengan praktikum sebelumnya yaitu :
  1. Mesin UTM 
  2. Satu buah beton umur 14 hari
  3. Timbangan
  4. Catatan alat tulis dan dokumentasi
Sedangkan untuk bahan yang digunakan adalah spesimen beton dengan umur 14 hari. Untuk prosedurnya sendiri sama dengan praktikum minggu lalu yaitu :
  1. Ambil satu buah beton dengan umur 14 hari sebagai bahan uji cobanya dan timbang beratnya. Karena proses capping sudah dilakukan pada hari sebelumnya maka kita dapat langsung menaruh beton di mesin UTM untuk di uji.
  2. Kemudian setelah beban ditempatkan pada UTM lakukan uji kuat tekan. Ketika UTM memberikan beban kepada beton perhatikan dan catat data yang didapat dari uji kuat tekan beton umur 14 pada alat.
  3. Ketika data sudah didapat angkat beton dari mesin UTM dan kemudian timbang berat akhir beton setelah di uji.
Praktikum minggu keempat telah selesai dan persiapkan data untuk analisis

Praktikum BBL Pekan 3 - Kelompok 5 - Muhammad Noor Yuliansyah (15515075): Pelaksanaan Curing, Capping dan Uji Kuat Tekan Beton 7 Hari

Kamis, 27 Oktober 2016
 
Pada pertemuan sebelumnya kami telah membuat rancangan campuran beton dan beton yang dibuatpun berjumlah 5 buah beton. Pada pertemuan kali ini kamis, 27 Oktober 2016 kita akan melakukan uji kuat beton pada umur 7 hari. Sebelum melakukan  uji kuat tekan beton ini , sehari sebelumnya sudah dilakukan proses curing pada beton yang akan di uji. Jumlah beton yang diuji sebanyak 2 buah beton.
Uji kuat beton sendiri dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kekuatan beton, pada kali ini beton dengan bentuk silinder. Kekuatan beton adalah perbandingan beban terhadap luas penampang beton. Berikut adalah prosedurnya.
  1. Ambil 2 buah beton dengan umur 7 hari sebagai bahan uji cobanya dan timbang beratnya. 
  2. Kemudian lakukan proses caping pada beton yang akan diuji. Caping merupakan proses pemberian lapisan belerang pada permukaan beton yang akan diuji. Tujuan dari caping sendiri adalah agar permukaan beton rata sehingga beban dapat terdistribusi ke permukaan beton secara merata.
  3. Selanjutnya  letakkan beton kedalam alat pengujinya yaitu UTM (Universal Testing Machine). Pada prosesnya UTM akan memberikan beban tekanan kepada beton dan besarnya beban tekanan terssebut dalam dilihat melalui jarum pada mesin yang menunjukkan skala tertentu.
  4. Terakhir setelah uji tekan selesai dan beton mengalami pengurangan berat serta bentuk, timbang berat beton akhir pasca uji kuat tekan.

Praktikum BBL Pekan 2 - Kelompok 5 - Muhammad Noor Yuliansyah (15515075): Perencanaan Campuran Beton

Kamis, 20 Oktober 2016
 
Pada praktikum kedua ini yang dilaksanakan pada 20 Oktober 2016 kami akan membuat sebuah rancanagn campuran beton. Rancangan camuran beton sendiri merupakan sebuah proses yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat sebuah rancanagn beton yang memiliki kriteria yang kita inginkan. Sebelum membuatnya biasanya komposisi dari suatu beton terdiri dari beberapa hal yaitu :
  • Sifat mekanis beton keras yang diinginkan, biasanya ditentukan oleh perencanaan struktur.
  • Sifat beton segar yang diinginkan, biasanya ditentukan oleh jenis konstruksi, pengecoran dan pemindahan.
  • Tingkat pengendalian ( control ) di lapangan.
Untuk mendapatakan komposisi beton tersebut perlu dilakukan " trial mix " yang dimulai dari perancangan campuran awal.

Dalam praktikum ini kita akan membutuhkan beberapa peralatan pendukung seperti mesin pencampur / pengaduk ( molen ), cetakan bekisting, wadah penampungan air , vibrator dan timbangan.

Berikut adalah tahapan yang akan dilakukan dalam proses rancangan campuran beton.
  1. Ambil pasir berdasarkan kebutuhan yang telah dihitung sebelumnya , kemudian timbang beratnya.  
  2. Selanjutnya ambil kerikil / agregat kasar sesuai dengan kebutuhan rancangan kemudian timbang
  3. Setelah itu ambil semen  dengan berat sesuai yang telah ditentukan kemudian timbang beratnya
  4. Selanjutnya ambil air sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan sebelumnya kemudian timbang berat air tersebut.
  5. Selanjutnya apabila bahan-bahan sudah didapat maka siapkan mesin pemcampur (molen) kemudian masukkan seluruh bahan-bahan yang sudah didapat td kedalam mesin penyampur dan tunggu beberapa saat hingga keseluruhannya benar-benar tercampur.
  6. Bila sudah tercampur tunggu beberapa saat agar seluruh bahan dapat mencampur secara merata. Bila sudah ambil sampel dan masukkan kedalam cetakan slump. Proses pengujian slump ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui elevasi dari keruntuhan matarial campuran. Kemudiab bila didapat nilai slump sesuai stndart maka kembalikan campuran ke molen untuk proses selanjutnya.
  7. Apabila material campuran sudah siap ,masukkan material campuran kedalam cetakan (bekisting) yang sebelumnya telah dilumuri oleh minyak dengan tujuan agar mudah saat pengeluaran beton dari cetakannya. Saat memasukkan material gunakan juga vibrator agar material dapat terdistribusi secara rata tanpa ada rongga didalammnya.
  8. Terakhir apabila seluruh bekisting sudah terisi oleh material campuran, beri label sesuai dengan kelompok masing-masing kemudian diamkan selama 24 jam hingga mengeras. 

Praktikum BBL Pekan 1 - Kelompok 5 - Muhammad Noor Yuliansyah (15515075): Pemeriksaan Parameter Material Pembentuk Beton

Kamis, 29 September 2016
 
 
Dalam praktikum pekan pertama ini yang dilaksanakan pada 29 September 2016 terbagi menjadi b
eberapa bagian yaitu:



  • Pemeriksaan berat volume agregat kasar dan halus
  • Analisis saringan agregat kasar
  • Analisis saringan agregat halus
  • Pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus
  • Pemeriksaan kadar air pada agregat
  • Analisis spesifik gravity pada kedua jenis agregat

Berikut adalah seluruh rangkaian tahapannya

1. Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar dan halus
Berat volume agregat digunakan untuk menentukan proporsi agregat yang digunakan dalam campuran. Berat volume agregat dapat diartikan sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volumenya. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menghitung berat volume agregat halus, kasar atau campuran.

Alat-alat yang digunakan :
a. Timbagan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh
b. Talam kapasitas cukup besar
c. Tongkat pemadat dengan diameter 15mm, panjang 60cm dan ujung bulat terbuat dari baja tahan karat
d. Mistar perata
e. Sekop
f. Wadah baja silinder

Prosedur pengerjaan (masing-masing untuk agregat kasar dan halus)
Timbang berat wadah ketika masih kosong. Kemudian masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah dan timbang berat seluruhnya. Kemudian ratakan dengan mistar pemadat dan keringkan dengan oven, suhu pada oven (110±5)˚C sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji. Setelah 24 jam, keluarkan agregat dari oven dan timbanglah beratnya.


2. Analisis saringan agregat kasar
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi butiran agregat. Data distribusi butiran pada agregat diperlukan untuk perencanaan dalam adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat kasar. Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan distribusi partikel agregat kasar dengan uji saringan

Alat yang digunakan:
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat uji
b. Satu set saringan
c. Oven
d. Alat pemisah
e. Talam
f. Kuas, sikat kawat dan lain-lain

Prosedur pengerjaan
Pertama keringkan agregat sampel pada temperature 110 ± 5 C kemudian dinginkan pada temperature ruangan. Setelah itu timbang kembali dan persiapkan saringan yang akan digunakan. Setelah saringan disusun letakkan sampel diatas saringan dan goyangkan saringan dengan tangan. Selanjutnya hitung berat agregat di masing-masing saringan. Terakhir bandingkan total berat agregat setelah disaring dengan berat semula, jika perbedaannya ebih dari 0,3% maka berat sampel tidak dapat digunakan.


3. Analisis saringan agregat halus
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan distribusi butiran agregat. Data distribusi butiran pada agregat diperlukan untuk perencanaan dalam adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus. Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan distribusi partikel agregat kasar dengan uji saringan

Alat yang digunakan:
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat uji
b. Satu set saringan
c. Oven
d. Alat pemisah
e. Talam
f. Kuas, sikat kawat dan lain-lain

Prosedur pengerjaan
Pertama keringkan agregat sampel pada temperature 110 ± 5 C kemudian dinginkan pada temperature ruangan. Setelah itu timbang kembali dan persiapkan saringan yang akan digunakan. Setelah saringan disusun letakkan sampel diatas saringan dan goyangkan saringan dengan tangan. Selanjutnya hitung berat agregat di masing-masing saringan. Terakhir bandingkan total berat agregat setelah disaring dengan berat semula, jika perbedaannya ebih dari 0,3% maka berat sampel tidak dapat digunakan.



4. Pemeriksaan organik pada agregat halus
Pemeriksaan kadar organik pada agregat halus dimaksudkan untuk mengetahui kadar organik yang terkandung dalam agregat halus. Kandungan bahan organik yang melebihi batas yang diijinkan dapat mempengaruhi mutu beton yang akan direncanakan. Sesuai persyaratan kadar organik tidak boleh melebihi batas yang diijinkan sesuai warna dari “Abrams-harder” dengan larutan NaOH (3%)

Alat yang digunakan
a. botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau lainnya yang tidak bereaksi dengan NaOH . Volume gelas = 350ml
b. Organik plate / standar warna
c. Larutan NaOH 350

Prosedur pengerjaan
Masukkan 155 ml pasir kedalam botol tembus pandang ± 1/3 isi botol. Kemudian tambahkan larutan NaOH 3% dengan isi ,encapai ¾ volume botol. Selanjutnya tutup botol tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan diamkan selama 24 jam agar lumpur mengendap. Setelah 24 jam , bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna no 3 pada organik plate.



5. Pemeriksaan kadar lumpur pada agregat halus
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan besarnya ( persentase ) kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran dalam pembuatan beton. Kandungan lumpur < 5% merupakan ketentuan bagi pengunaan agegat halus untuk pembuatan beton.

Alat yang digunakan
a. Gelas Ukur
b. Alat pengaduk

Prosedur pengerjaan
Masukkan contoh benda uji ( agregat halus ) kedalam gelas ukur 250 ml. Tambahkan air pada gelas hingga seluruh agregat halus basah dan tenggelam. Kemudian kocok gelas hingga mengeluarkan busa dan kotoran lalu buang busa dan kotoran tersebut. Selanjutnya diamkan gelas pada tempat yang datar dan tunggu selama 24 jam agar lumpur mengendap. Apabila sudah 24 jam maka lumpur akan mengendap diatas dan ukur tinggi pasir dan tinggi lumpur.



6. Pemeriksaan kadar air agregat
Pada sesi kali ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen. Nilai kadar ini digunakan untuk koreksi takaran air untuk adukan betn yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Alat yang digunakan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 %
b. Oven dengan suhu 110 ± 5 C
c. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup

Prosedur kerja
Timbang dan catat berat talam yang digunakan. Masukkan benda uji ke dalam talam dan kemudian berat talam + benda uji timbang. Apabila sudah segera hitung berat benda dan keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven hingga beratnya tetap. Setelah kering contoh ditimbang dan catat berat benda. Hitung berat benda uji kering

Menara Air ITB



            Menjulang tinggi di area parkir belakang menyerupai sebuah paku raksasa. Inilah menara air ITB. Pada artikel ini, saya akan membahas mengenai menara air ITB. Di bagian bawah menara tersebut terdapat ruang instalasi pengolahan air bersih yang digunakan untuk menyuplai seluruh watertap di kampus. Jadi, di sejumlah titik di itb terdapat water tap, sumbangan dari kakak-kakak alumni 70. Jadi jangan khawatir capek jalan-jalan keliling ITB karena bisa minum dari water tap itu.
            Dalam proses pembuatan menara ini digunakan beberapa  material kontruksi  beserta persentase material yang digunakan. Persentase kasar material yang digunakan sebagai berikut :
Beton                 : 35%
Batu bata           : 40%
Baja tulangan     : 15%
Pipa                    : 10%
Setelah mengetahui material konstruksi apa saja yang digunakan, saya ingin menjelaskan proses pembuatan 2 material diatas proses pembuatan batu bata dan baja.

Proses Pembuatan Batu Bata

Batu bata dari tanah liat yang sering kita lihat untuk membangun rumah ataupun jembatan ternyata proses pembuatannya tidak terlalu rumit kalau kita sudah biasa, dan mungkin akan terasa rumit bagi yang baru mau mencoba mengenal prosesnya. Dari mulai penggalian tanah hingga proses pembakaran memang memerlukan waktu yang lumayan lama. Berikut ini Cara Terindah jelaskan mengenai proses awal pembuatan batu bata dari tanah liat hingga siap untuk dipasarkan.
PROSES CARA MEMBUAT BATU BATA SECARA MANUAL



BAHAN BAKU UNTUK MEMBUAT BATU BATA
-Tanah Liat
-Air
-Abu

ALAT-ALAT UNTUK MEMBUAT BATU BATA
-Cangkul
-Pencetak Batu Bata
-Mesin Penggiling batu bata
-Mesin Pembakar / Tungku Pembakaran
-Kayu Bakar / batu bara

PROSES CARA MEMBUAT BATU BATA
  1. Pertama-tama carilah lahan tanah merah yang berbentuk perbukitan dan tekstur tanah meranya sangat liat, jangan terlalu banyak mengandung pasir, tanah yang bertektur tersebut akan mengurangi kekuatan dari batu bata. Juga dekat dengan sumber air, sebagai bahan campuran tanah merah.
  2. Selanjutnya jika sudah didapat, bersihkan tanah liat tersebut dari sisa sampah yang ada seperti rumput batu-batu kecil dan sebagainya
  3. Rendam tanah liat ( lempung) tersebut kedalam suatu lubang yang sudah dibuat minimal 15 jam atau lebih. Lalu buang air tersebut sampai kering, setelah itu anda harus menghaluskan tanah liat tersebut, bisa menggunakan cangkul. 
  4. Hancurkan tanah tersebut dengan cara menginjak-injak tanah tersebut hingga menjadi lumpur. Kalau dengan skala yang cukup banyak bisa menggunakan bantuan hewan seperti kerbau. Jangan sampai terlalu lembek karena tidak akan bisa dicetak.
  5. Lalu taruh lumpur (lempung) diatas meja cetak.
  6. Setelah itu langsung di cetak. Jangan lupa menaruh sedikit abu dicetakan agar tidak lengket.
  7.  Bila tanah liat tersebut sudah berbentuk persegi seperti batu bata, maka sudah bisa dilakukan pengeringan
  8. Tahap pendinginan tujuannya agar batu bata cepat kering. Tahap ini bisa dilakukan dengan cara menumpukan bata yang masih berbentuk tanah tadi dengan memiringkannya.
  9. Lalu jika sudah kering, tahap selanjutnya menyusun batu bata dari kilang tempat produksi ke dapur pembakaran
  10. Tahap pembakaran batu bata. Pada tahap ini akan dilakukan pembakaran didapur tempat anda bekerja dan biasa nya memakan waktu cukup lama, tergantung banyaknya batu bata
TAHAP-TAHAP PEMBAKARAN BATU BATA MENTAH
  1. Langkah selanjutnya, batu bata mentah yang sudah kering disusun di dapur pembakaran yang sudah disiapkan
  2. Setelah itu, siapkan bahan bakarnya seperti kayu
  3. Lalu tinggal melakukan tahap pembakaran dengan cara memasukan kayu tersebut kedalam lubang dibawah susunan batu bata tadi
  4. Kemudian masuk ketahap membuat dinding disekeliling susunan batu tersebut tujuannya adalah mempercepat suhu yang ada didalam susunan batu bata cepat naik keatas. Beri sekam (bekas kupasan kulit padi). Api jangan sampai mati.
  5. Tahap penutupan lubang api bertujuan agar hawa api tidak keluar dan tanda berakhirnya proses pembakaran hal ini bisa dilakukan apabila asap yang ada pada bagian atas susunan batu bata tadi sudah membening atau kalau kita lihat hanya ada seperti udara yang membara-bara
  6. Lalu tahap peyiraman bagian atas susunan batu bata dengan sekam (bekas sisa kulit padi)
  7. Setelah itu kita lanjutkan dengan tahap pembukaan dinding yang sudah dipasang tadi, ini dilakukan sekitar 24 jam setelah tahap nomor 6. Lama waktu pembakaran tergantung banyaknya batu bata.

Proses Pembuatan Baja

Pada prinsipnya, baja dibuat di dalam dapur yang didesain khusus untuk pengolahan baja. Bahan dasar yang digunakan dalam proses ini berupa besi kasar yang padat atau cair, besi bekas atau sekrap, dan tambahan logam-logam tertentu. Sementara itu, proses pembuatan baja terdiri dari berbagai macam metode, antara lain :
1. Metode Konvertor
Sesuai namanya, metode konvertor merupakan teknik pembuatan baja yang menggunakan bantuan alat konvertor. Wujud alat ini berupa tabung yang berbentuk bulat memanjang dan menghadap ke samping. Prosesnya yaitu masukkan kokas ke dalam konvertor, lalu panaskan hingga suhunya mencapai 1.500 derajat celcius. Berikutnya konvertor dimiringkan kembali untuk memasukkan bijih besi dan material alloy sampai volumenya 1/8 dari kapasitas konvertor. Lalu udara bertekanan 1,5- 2 atm dihembuskan dari kompresor ke konvertor selama 20-30 menit.
2. Metode Bassemer
Proses bassemer memanfaatkan reaksi asam untuk menciptakan struktur baja. Proses ini menggunakan material tahan api yang mengandung kuarsa asam/aksid asam (SiO2). Sedangkan bahan dasar yang dipakai berupa besi kasar kelabu dengan wujud cair. Metode bassemer sama sekali tidak menggunakan kalsium oksida (CaO) untuk menghindari terbentuknya kalsium silikat (CaSiO3), di mana percampuran SiO2 ditambah Cao menghasilkan CaSiO3.
3. Metode Thomas
Pada proses thomas, pembuatan baja memanfaatkan reaksi kimia yang besifat basa. Lapisan baja paling dalam berupa material yang tahan api seperti kalsium karbonat (CaCO3) dan magnesium karbonat (Mg CO3). Wujud besi yang dipakai sebagai bahan dasar yakni besi kasar putih yang mengandung fosfor sekitar 1,7-2 persen, magnesium sekitar 1-2 persen, dan silikon sekitar 0,6-0,8 persen. Ketika unsur magnesium dan silikon terbakar, fosfor kemudian bereaksi membentuk phospor oksida (P2O5). Pengeluaran besi cair selanjutnya bisa dilakukan dengan menambah zat kapur (CaO). Sehingga terjadilah reaksi kimia yaitu 3 (CaO) ditambah P2O5 menghasilkan Ca3(PO4)2 dibaca terak cair.
4. Metode Siemens Martin
Kekhasan dari metode ini adalah menggunakan sistem regenerator bersuhu sekitar 3.000 derajat celcius untuk memanaskan gas/udara , meningkatkan temperatur dapur, sebagai landasan dapur, dan menghemat penggunaan tempat. Metode siemens martin tidak terikat dengan bahan dasar sehingga bisa menggunakan besi kelabu maupun besi putih. Agar menghasilkan baja dengan kualitas yang sesuai standar, bahan baku besi kelabu harus dilapisi dengan batu silika (SiO2) di dinding bagian dalamnya. Begitu pula dengan besi putih wajib dilapisi dengan batu dolomit berupa magnesium karbonat (MgCO3) dan kalsium karbonat (CaCO3) dengan perbandingan 60:40.
5. Metode Basic Oxygen Furnace
Proses pembuatan baja memakai prinsip basic oxygen furnace diawali dengan memasukkan logam cair ke ruang bakar. Setelah itu oksigen bertekanan lebih dari 1.000 kN/m2 dihembuskan melalui Oxygen Lance menuju ke ruang bakar dengan kecepatan tinggi. Terakhir, tambahkan bubuk kapur (CaO) untuk menurunkan kadar fosfor dan belerangnya. Kelebihan dari metode ini di antaranya prosesnya relatif singkat berkisar 50 menit, tidak diperlukan lagi tuyer di bagian bawah, hanya memakai oksigen murni, dan biaya pembuatannya terbilang murah.
6. Metode Dapur Listrik
Metode dapur listrik memanfaatkan temperatur yang tinggi dengan memakai busur cahaya electrode dan induksi listrik. Hal ini memungkinkan pencapaian suhu maksimal hanya memakan waktu yang singkat dan temperaturnya pun dapat diatur dengan mudah sehingga kerugian akibat proses penguapan bisa diminimalisir. Di samping itu, tingkat efisiensi termis dapur pada metode ini pun terbilang tinggi dengan perlindungan maksimal terhadap cairan besi.
7. Metode Dapur Kopel
Pengolahan besi kasar kelabu dan besi bekas menjadi baja umumnya juga dikerjakan dengan metode dapur kopel. Metode ini dilakukan dengan memanaskan bahan pembentuk baja terlebih dahulu agar terbebas dari uap air selama kurang lebih 15 jam. Perhatikan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah sampai kokas mencapai 700-800 mm dari dasar tungku. Berikutnya masukkan besi kasar dan baja bekas secara bertahap dengan kapasitas 10-15 persen setiap jam. Setelah terbentuk baja cair, pengeluaran baja cair tersebut baru boleh dilakukan setelah 15 menit kemudian.
8. Metode Dapur Cawan
Pertama-tama, masukkan besi kasar dan baja bekas ke dalam dapur cawan lalu tutup rapat. Kedua, masukkan gas-gas panas yang mengelilingi cawan sehingga membuat muatan cawan akan mencair. Ketiga, cairan baja tersebut siap dituang untuk diolah menjadi baja tulangan. Apabila ingin membentuk baja dengan karakteristik tertentu, tambahkan bahan alloy sesuai sifat yang ingin dimunculkan.

Sumber:
http://cara-terindah.blogspot.co.id/2014/06/cara-membuat-batu-bata-secara-manual.html
http://arafuru.com/sipil/ini-dia-8-metode-proses-pembuatan-baja.html